Jumat, 25 September 2015

FARMAKOLOGI





ANTI KONVULASI

Antikonvulasi (antikejang) digunakan untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsy (epileptic seizure) dan bangkitan non-epilepsi.

1.       Mekanisme kerja

Pada prinsipnya obat antiepilepsi bekerja untuk menghambat proses insiasi dan penyebaran kejang. Namun, umumnya obat antiepilepsi lebih cenderung bersifat membatasi proses penyebaran kejang daripada mencegah proses inisiasi. Dengan demikian secara umum ada dua mekanisme kerja yakni; peningkatan inhibisi (GABA-ergik) dan penurunan eksitasi yang kemudian memodifikasi konduksi ion : Na+, Ca2+, K+, dan Cl atau aktivitas  neurotransmitor, meliputi:
Inhibasi kanal Na+ pada membrane sel akson. Contoh: fenitoin dan karbamazepin (pada dosis terapi), fenobarbital dan asam valproate (dosis tinggi), lamotrigin, topiramat, zonisamid.
Inhibasi kanal Ca+ tipe T pada neuron thalamus (yang berperan sebagai pace maker untuk membangkitkan cetusan listrik umum di korteks). Contoh : etosuksimid, asam valproate, dan clonazepam.

Peningkatan inhibisi GABA
Langsung pada kompleks GABA dan kompleks Cl. Contoh : benzodiazepine, barbiturate
Menghambat degradasi GABA, yaitu dengan mempengaruhi re-uptake dan metabolism GABA. Contoh: tiagabin, vigabatrin, asam valproate, gabapentin
Penurunan eksitasi glutamate, yakni melalui :
Blok reseptor NMDA, misalnya lamotrigin
Blok reseptor AMPA, misalnya fenobarbital, topiramat
Banyak obat epilepsy bekerja pada beberapa tempat

2.       Efek samping dan cara mengatasinya

Golongan Hidontion
Penggunaan fenobarbital menyebabkan berbagai efek samping seperti sedasi, psikosis akut dan agitasi, sehingga yang lebih sering dipakai adalah turunan fenobarbital seperti metabarbital,atau mefobarbital. Interaksi dengan obat lain umumnya terjadi karena fenobarbital meningkatkan aktivitas enzim mikrosom hati. Kombinasi dengan asam valproate akan menyebabkan kadar fenobarbital meningkat 40%

Golongan suksinimid
Karbamazepin memperlihatkan efek analgesic selektif misalnya pada tabes dorsalis dan neuropati lainnya yang sukar diatasi dengan analgesic biasa. Atas pertimbangan untung rugi karbamazepin, tidak dianjurkan untuk mengatasi nyeri rigan yang dapat diatasi dengan analgesic biasa. Efek samping yang terjadi setelah pemberian obat jangka lama berupa pusing, vertigo, ataksia, diplopia dan penglihatan kabur. Frekuensi bangkitan dapat meningkat akibat dosis berlebih. Efek samping lainnya dapat berupa mual muntah, diskrasia darah yang berat (anemia aplastic, agranulositosis) dan reaksi alergi berupa dermatitis, eosinophilia, limpfadenopati, dan spleno megali. Steven Johnson relative dilaporkan sering terjadi dengan obat ini sehingga pasien harus di peringatkan agar segera kembal ke dokter bila timbul vesikel di kulit setelah minum obat ini. Umumnya penghentian oat dan kortiskoteroid dapat mengatasi efek samping ini. Gejala intoksikasi akut karbamazepin dapat berupa stupor, atau koma, pasien iritabel, kejang dan depresi napas. Efek samping jangka panjang berupa retensi air yang dapat menjadi masalah bagi pasien usia lanjut dengan gangguan jantung. Karena potensinya untuk menimbulkan efk samping sangat luas, maka pada pengobatan dengankarbamazepin dianjurkan pemeriksaan nilai basal dari darah dan melakukan pemeriksaan ulangan selama pengobatan.

Golongan benzodiazepine
Diazepam, efek samping berat dan berbahaya dan menyertai penggunaan diazepam IV adalah obstruksi saluran napas oleh lidah, akibat relaksasi otot. Disamping ini dapat terjadi depresi napas sampai henti napas, hipotensi, henti jantung dan kantuk.

3.       Contoh obat antikonvulasi

Asam valproate
Dosis dewasa : 5-15mg/kgBB/hari , Anak 10-30 mg/kgBB/hari
Indikasi : bangkitan lena atau epilesi fokal, bangkitan tonik-klonik atau epilepsy grand mal, bangkitan mioklonik atau epilepsy mioklonik
Description: http://api.ning.com/files/cN3IUIZF0*8zpps2ngQYjBO8ZNC6Fw17C4iHx89vsKrrvAzJ2R3NeB6kskbv-i7g-sdmf7H*EzeOUnwsxRg7d19WeYCAtmBq/SodiumValproateValproicacid500_TajPharmaceuticalsLimited01.JPG







Diazepam
Dosis dewasa, 0,2mg/kg/hari, dosis anak 0,15-0,3 mg/kgBB/hari
Indikasi : status epileptikus
Description: http://buydiazepamonline.com/wp-content/uploads/2015/07/diazepam.jpg
Fenitoin
Dosis dewasa : 300mh/hari, dosis anak 5mg/kgBB/hari
Indikasi : bangkitan tonik-klonik atau epilepsy grand mal, epilepsy psikomotor, bangkitan parsial sederhana atau epilepsy fokal
Description: http://www.acesurgical.com/media/catalog/product/cache/1/image/800x800/9df78eab33525d08d6e5fb8d27136e95/6/2/6221690_01.jpg


OBAT ANTI HIPERTENSI

Obat anti hipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi hinga mencapai tekanan darah normal (riannahasian2.blogspot.co.id)
Khasiat dan penggunaannya adalah untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular. Penurunan tekanan sistolik harus menjadi perhatian utama, karena pada umumnya tekanan diastolic akan terkontrol bersamaan dengan terkontrolnya tekanan sistolik. Target tekanan darah bila tanpa kelainan penyerta adalah <140/90 mmHg, sedangkan pada pasien dengan DM atau kelainan ginjal, tekanan darah harus diturunkan dibawah 130/80 mmHg

Jenis-jenis obat dan penggolongannya
            Dikenal 5 kelompok obat lini pertama ( first line drug) yang lazim digunakan untuk pengobatan hipertensi awal, yaitu: i. diuretic, ii. Penyekat reseptor beta adrenergic (b-blocker) iii. Penghambat angiostensin-convertyng enzim (ACE-inhibitor) iv. Penghambat reseptor angiotensin (angiotensin receptor blocker, ARB) v. antagonis kalsium.
            Pada JNC VII, penyekat reseptor alfa adrenergic tidak dimasukkan kedalam kelompok obat lini pertama. Sedangkan pada JNC sebelumnya termasuk lini pertama.
            Selain itu dikenal juga tiga kelompok obat yang diangap lini kedua yaitu: i. penghambat saraf adrenergic; ii. Agonis a-2 dan senral; iii. Vasodilator..

1.      Diuretic

Golongan Tiazid
Hidroklorotiazid, merupakan prototype golongan tiazid dan dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang dan dalam kombinasi dengan berbagai antihipertensi lain. Dalam dosis yang ekuipoten berbagai golongan tiazid memiliki efek dan efek samping yang kurang lebih sama. Perbedaan utama terletak pada masa kerjanya. Bendroflumetiazid memiliki waktu paruh 3 jam, hidroklorotiazid 10-12 jam dan indapamid 15-25 jam. Golongan tiazid umumya kurang efektif pada gangguan fungsi ginjal dapat memperburuk fungsi ginjal dan pada pemakaian lama menyebabkan hyperlipidemia (peninkata kolesterol, LDL , dan trigliserida). Efek hipotensif tiazid baru terlihat setelah 2-3 hari dan mencapai maksimm setelah 2-4 minggu. Karena itu peningkatan dois tiazid tidak dilakukan dengan interval waktu tidak kurang dari 4 minggu.
Indapamid, memiliki kelebihan karena masih efektif pada pasien gangguan fungsi ginjal, bersifat netral pada metabolism lemak dan efektif meregrasi hipertrofi ventrikel

            Efek samping tiazid terutama dosis tinggi dapat menyebabkan hypokalemia yang dapat berbahaya pada pasien yang mendapat digitalis. Efek samping ini dapat dihindari bila tiazid diberikan dalam dosis rendah atau dikombinasi dengan obat lain seperti diuretic hemat kalium atau penghambat enzim konversi angiotensin (ACE-inhibitor). Sedangkan suplemen kalium tidak lebih efektif. Tiazid juga dapat menyebabkan hiponatremia dan hipomagnesemia serta hiperkalsemie. Selain itu tiazid dapat menghambat eksresi asam urat dari ginjal,dan pada pasien hiperurisemia dapat mencetuskan serangan gout akut. Untuk menghindari efek metabolic ini, tiazid harus digunakan dalam dosis rendah dan dilakukan pengaturan diet. Tendensi hiperkalsemia oleh tiazid dilaporkan dapat mengurangi osteoporosis.

Diuretic kuat
            Termasuk dalam golongan diuretic kuat antara lain furosemide, torasemid, bumetanid dan asam etakrinat. Waktu paruh diuretic kuat pada umumya pendek sehingga diperlukan pemberian 2 atau 3 kali sehari. Efek samping diuretic kuat hamper sama dengan tiazid, kecuali bahwa diuretic kuat menimbulkan hiperkalsiueria dan menurunkan kalsium darah, sedangkan tiazid menimbulkan hipokalsiuria dan meningkatkan kadar kalsium darah.

Diuretic hemat kalium
            Amilorid, triamterene dan spironolakton merupakan diuretic lemah. Penggunaannya terutama dalam kombinasi dengan diuretic lain untuk  mencegah hipokalemia. Diuretic hemat kalium dapat menimbulkan hyperkalemia bila diberikan pada pasien dengan gagal ginjal, atau bila dikombinasi dengan penghambat ACE, ARB, b-blocker, AINS atau suplemen kalium. Penggunaan harus dihindarkan bila kreatininserum lwbih dari 2,5 mg/dL
            Spironolakton merupakan antagonis aldosterone sehingga merupakan obat yang terpilih pada hiperaldosteronisme primer (sindrom con). Efek samping spironolakton antara lain ginekomastia, mastodinia, gangguan menstruasi dan penurunan libido pada pria.

2.      Penghambat adrenergic

Penghambat adrenoseptor beta (b-blocker)
            Atenolol merupakan obat yang sering dipilih. Obat ini bersifat kardioselektif dan penetrasinya ke SSP minimal, sehingga kurang menimbulkan efek samping sentral dan cukup diberikan sekali sehari sehingga diharapkan akan meningkatkan kepatuhan pasien. Dosis lazim adalah 50-100 mg per oral sekali sehari. Metoprolol perlu diberikan dua kali sehari dan kurang kardio selektif disbanding dengan atenolol. Dosisnya adalah 50-100 mg dua kali sehari. Labetalol dan karvedilol memiliki efek vasodilatasi karena selain menghambat reseptor b, obat ini juga menghambat reseptor a. Secara teoritis sifat ini akan memperkuat efek antihipertensi dan mengurangi efek samping seperti rasa dingin di eksremitas. Tetapi efek vasodilatasi ini dapat menimbulkan hipotensi postural
            Efek samping, perhatian dan kontra indikasi. B-blocker dapat menyebabkan bradikardia, blockade, AV, hambatan nodus SA dan menurunkan kekuatan kontraksi miokard oleh karena itu obat golongan ini dikontraindikasikan pada keadaan bradikardia, blockade AV derajat 2 dan 3, sick sinus syndrome dan gagal jantung yang belum stabil.



3.      Penghambat adrenoseptor alfa (a-blocker)

Hanya alfa bloker yang selektif menghambat reseptor alfa-1 yang digunakan sebagai antihipertensi. Alfa-bloker non selektif kurang efektif sebagai antihipertensi karena hambatan reseptor alfa-2 di ujung saraf adrenergic akan meningkatkan penglepasan norepinefrin dan meningkatkan aktivitas simpatis.
Dosis dan sediaan berbagai alfa-bloker:
            Prazosin , dosis 0,5-4mg/hari sediaan tablet 1 dan 2 mg 1-2 x
Description: http://avgc.info/images/550e44ae0a55b.jpg
            Teraszosin , dosis 1-2mg/hari 1x sediaan tablet 1 dan 2 mg
Description: http://www.buy-pharma.co/img/uploads/12841-hytrin-terazosin-hcl-2mg-box-and-strip.jpg
            Bunazosin , dosis 1,5-3mg/hari 3x sediaan tablet 0,5 dan 1mg
Description: http://www7.vghtpe.gov.tw/drugsh/vghdp_image%5C6-3-BunazosinHCl-DetantolR-tab-3mg-990629-03723-2.jpg

            Doksazosin , dosis 1-2mg/hari 1x sediaan tablet 1 dan 2 mg

Description: http://www.ilacprospektusu.com/grafik/firma/140/814.jpg

4.      Adrenolitik sentral

Metildopa, klonidin, guanfasin, guanabenz, moksinidin, rilmedin. Yang paling sring digunakan dalam klas ini adlah metildopa dan klonidin. Guanabenz dan guanfasin sudah jarang digunakan, dan analog klonidin yaitu miksonidin dan rilmedin masih dalam penelitian.

Metildopa
            Metildopa merupakan antihipertensi tahap kedua. Obat ini efektif bila dikombinasi dengan diuretic. Tapi pemakaiannya terbatas oleh seringnya timbul efek samping. Obat ini masih merupakan pilihan utama untuk pengobatan hipertensi pada kehamilan karena terbukti aman untuk janin.
            Dosis efektif minimal adalah 2 x 125 mg per hari dan dosis maksimal 2g perhari. Untuk hipertensi pasca bedah sering diberikan secara intravena dengan infus intermiten 250-1000 mg tiap 6 jam
Description: http://www.icuvita.com.uy/data/vademecum/99.jpg
            Efek samping yang paling sering adalah sedasi,hipotensi postural,pusing, mulut kering dan sakit kepala. Efek samping lain adalah depresi, gangguan tidur, impotensi, kecemasan, penglihatan kabur, dan hidung tersumbat. Jarang-jarang terjadi anemia hemolitik autoimun, trombositopenia, dan leukopenia, demam obat (drug fever) dan sindrom seperti lupus (lupus-like syndrome) dengan pembentukan antibody antinukleus (ANA).

Klonidin
            Klonidin terutama bekerja pada reseptor a-2 di susunan saraf puat dengan efek penurunan sympathetic outflow. Efek hipotensif klonidin terjadi karena penurunan resistensi perifer dan curah jantung. Sebagai obatkedua atau ketiga bila penurunan TD dengan diuretic belum optimal. Untuk menggantikan penghambat adrenergic lain dalam kombinasi 3 obat bersama diuretic dan vasodilator. Untuk beberapa hipertensi darurat . untuk diagnostic feokromositoma. Bila tidak terjadi penurunan NE plasma dibawah 500 pg/mL 3 jam setelah pemberian dosis besar (0,3 mg per oral) menguatkan dugaan adanya feokromositoma
Description: http://media.recovery.org/wp-content/uploads/clonidine.jpg
            Dosis ,0.075 mg dua kali sehari dan dapat ditingkatkan sampai 0,6 mg/hari.
Efek samping, mulut kering, dan sedasi terjadi pada 50% pasien yang berkurang setelah beberapa minggu pengobatan. Kira-kira 10% pasien menghentikan pengobatan karena menetapnya gejala sedasi, pusing, mulut kering, mual atau impotensi.

Guanfasin dan Guanabenz
            Sifat-sifat farmakologik dan efek sampingnya mirip dengan klonidin. Efek antihipertensi guanabenz mencapai maksimal setelah 2-4 jam setelah pemberian per oral dan menghilang 10 jam kemudia. Biovaibilitasnya tinggi, waktu paruh sekitar 6 jam dan sebagian besar obat di metabolism.
Description: http://bipolarnews.org/wp-content/uploads/2011/10/guanfacine.jpg
            Guanfasin memunyai waktu paruh relative panjang (14-18 jam) obat ini dieleminasi terutama melalui ginjal dalam bentuk utuh dan metabolic. Dosis pemberian 0,5-3 mh/hari, sebaiknya diberikan sebelum tidur

Moksonidin dan Rilmedin
            Mempunyai struktur yang mirip dengan klonidin, tapi 600 kali lebih selektif terhadap reseptor imidazolin I1 dibandingkan dengan klonidin. Sampai buku ini disusun, obat ini belum beredar (Obat-obat penting, hal350).
Description: https://athleticpharma.com/blog/wp-content/uploads/2014/06/moksonidin-v-tabletkah.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar